Muhammad Bin Husain Bin Hasan Al-wahhabi dalam Ma’alim Ushul Fiqh ‘Inda
Ahli Sunah Waljama’ah 1/386, mengatakan:
أن مذهب أهل السنة والجماعة في أسماء الله
وصفاته هو الإيمان بها من غير تحريف ولا تعطيل ولا تكييف ولا تمثيل وأن لا نصرف
النصوص الواردة فيها عن ظواهرها
Artinya: “Sesungguhnya madzhab ahlu sunah wal jama’ah dalam
masalah asma’ dan sifat Alloh beriman kepadanya tanpa tahrif, ta’til, takyif,
dan tanpa menyamakan serta tidak memalingkan (makna) nash dari zhohirnya.”
Oleh karena itu dalam memahami sifat Istawa dan Nuzul Alloh,
wahhabi mengatakan bahwa Zat Alloh Istawa (menetap dan duduk) di atas arsy
kemudian nuzul (turun) ke langit dunia pada sepertiga malam. Inilah hayalan
wahhabi.
Tanggapan:
Saya dan seluruh pengikut asy’ariyah tidak menolak sifat Istawa
dan Nuzul Alloh. Yang kami tolak adalah hayalan wahabi dalam memahami sifat-sifat
tersebut. Mereka berhayal bahwa makna zohir sifat Alloh tidak boleh dialihkan
ke makna lain. Inilah point yang akan
kita bahas. Saya harap wahhabi tidak melakukan kebiasaan buruk mereka yaitu
ngeles dan mengalihkan titik masalah alias out of tema (OOT).
Telah
sama-sama kita ketahui bahwa bumi senantiasa
berotasi. Rotasi bumi menyebabkan adanya perbedaan waktu di berbagai
tempat di dunia. Dalam satu kali rotasi, bumi membutuhkan waktu 24 jam (satu
hari) dan sudut tempuh sejauh 360°. Berdasarkan hal tersebut, setiap tempat di
bumi dengan jarak 15° memiliki perbedaan waktu satu jam. Jika jaraknya 30°,
maka perbedaan waktunya dua jam, dan seterusnya. Angka ini berasal dari
pembagian sudut tempuh dengan waktu tempuh (360° : 24 = 15°).
Indonesia
terletak di antara 95° BT dan 141° BT. Artinya, panjang wilayah Indonesia
adalah 46°. Karena setiap jarak 15° selisih waktunya satu jam, maka Indonesia
memiliki tiga daerah waktu, yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), WITA (Waktu
Indonesia Tengah), dan WIT (Waktu Indonesia Timur).
Kota
Greenwich, London, Inggris terletak pada garis bujur 0°. Oleh karenanya, waktu
di kota ini digunakan sebagai patokan bagi seluruh dunia. Patokan waktu ini
disebut Greenwich Mean Time (GMT). Dengan mengacu standar GMT, maka
Waktu Indonesia Barat lebih cepat tujuh jam dari GMT. Waktu Indonesia Tengah
lebih cepat delapan jam dari GMT. Waktu Indonesia Timur lebih cepat sembilan
jam dari GMT.
Seandainya anda berada di Greenwich pada sepertiga malam atau pukul 03:00 misalnya, maka bersamaan
dengan itu, Indonesia mengalami siang. Di Indonesia barat pukul 10:00, di Indonesia
tengah pukul 11:00 sedangkan di Indonesia timur pukul 12:00. Jadi, secara
bersamaan bumi mengalami siang dan sepertiga malam. Saya mau tanya kepada
wahhabi, pada saat itu, Zat Alloh sedang berada di atas arsy ataukah sedang
turun ke langit dunia?
Mungkin ada wahhabi yang ngeles untuk menghindari pertanyaan
kemudian berkata: “Kami beriman bahwa Alloh memiliki sifat nuzul. Akan tetapi
kami tidak mengetahui kaifiyahnya. Maka dari itu kami tidak mengatakan bahwa
nuzulnya Alloh adalah gerakan dari atas ke bawah.”
Kepadanya saya katakan: Saya tidak menanyakan bagaimana (kaifiyah)
nuzul. Melainkan saya menanyakan pemahaman anda. Anda mengatakan seluruh sifat
Alloh harus dipahami secara zhohir. Makna zohir nuzul adalah gerakan dari atas
ke bawah. Jika sifat Nuzul Alloh tidak anda maknai seperti itu, berarti anda
telah memalingkan makna zhohirnya. Ini bertentangan dengan pernyataan anda
bahwa sifat Alloh harus dipahami secara zhohir.
Kembali ke pertanyaan tadi. Pada saat kota Greenwich mengalami sepertiga malam,
bersamaan dengan itu di Indonesia mengalami siang. Pada saat itu,
dimanakah Zat Alloh berada? Apakah masih menetap di atas arsy ataukah sedang
turun ke langit dunia? Jawab wahai wahabiyuun!
Sebagaimana
yang telah tampak secara nyata bahwa memahami sifat istawa dan nuzul secara
zohir, sama saja meyakini bahwa dalam satu waktu Alloh berada di atas arsy sekaligus
turun ke langit dunia. Dan ini adalah kepahaman yang kontradiksi.
Padahal
Alloh telah menegaskan bahwa tidak mungkin al-quran mengalami kontradiksi.
Ketika ada orang yang mencoba memahami qur’an kemudian menghasilkan paham yang
kontradiksi berarti kepahamannya adalah batil sebagaimana yang ditegaskan dalam
sebuah kaidah: al-bathil mutanaqidh. Kebatilan pasti kontradiksi.
Maka
dari itu merupakan suatu hal yang sangat logis manakala kita tinggalkan hayalan
wahabi. Sebab konsekwensi dari hayalan tersebut adalah kita harus mengatakan
bahwa dalam satu waktu Alloh berada di atas arsy sekaligus di langit dunia. Dan
ini mustahil.
Untuk
mengatasi kemustahilan tersebut kita harus melakukan dua hal yaitu tafwidh (menyerahkan
maknanya kepada Alloh) atau ta’wil (Mengalihkan makna zhohir ke makna lain). Ahlu
sunah waljama’ah disamping menggunakan metode tafwidh juga menggunakan metode ta’wil. Sebagai
contoh adalah Wajhulloh dalam surat
Al-Baqoroh:115 dita’wil sebagai kiblat sebagaimana yang tertera dalam kitab
Jalalain dan Ibn Katsir.
1.
Tafsir
Jalalain 1/121
{ فَثَمَّ } هناك {
وَجْهُ الله } قبلته التي رضيها
Artinya: “…
Disana lah Wajhulloh, yaitu kiblat nya yang diridhoi..”
2.
Tafsir
Ibn Katsir 1/391
وقال عكرمة عن ابن عباس: { فَأَيْنَمَا
تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ } قال: قبلة الله أينما توجهت شرقًا أو غربًا
Artinya:
“Ikrimah berkata dari Ibn Abbas (mengenai Wajhulloh dalam Al-Baqoroh 115)
Ibn Abbas berkata: Kiblat Alloh.”
Masih
banyak lagi contoh takwil lainnya yang dapat anda akses di website saya. Dalam
artikel berjudul “Kobohongan Wahhabi Terbongkar Lagi” saya telah
mencantumkan contoh-contoh ta’wil yang dilakukan oleh ulama ahlu sunah wal
jama’ah lengkap dengan scan kitabnya.
Bagi
wahhabi yang masih keras kepala dan nekat menolak ta’wil sebagai salah satu
metode yang digunakan oleh ulama ahlu sunah waljama’ah dalam memahami sifat
Alloh yang secara zohir serupa dengan mahluk, maka saya minta tolong kepada
anda untuk memaknai Wajhulloh dalam surat Al-Baqoroh: 115 dengan tanpa
mengalihkan makna zhohirnya ke makna lain. Silahkan wahai wahhabiyuun!!!
No comments:
Post a Comment