1. Madzhab
Hanafi.
a. Dalam
kitab Hasyiah Rodul Mukhtar, Juz 1 hlm 421, Ibn Abidin Al-Hanafi mengatakan
bahwa adzan jum’at didepan khotib adalah bid’ah hasanah.
نقول في الاذان بين يدي الخطيب فيكون بدعة حسنة
Kami katakan bahwa adzan dihadapan khotib adalah bid’ah
hasanah.
b. Dalam kitab Fatawa Al-Hindiyah Juz 5 hal 323, dijelaskan
bahwa menulis nama surat dan jumlah ayat quran termasuk bid’ah hasanah.
لَا بَأْسَ بِكِتَابَةِ أَسَامِي السُّوَرِ وَعَدَدِ
الْآيِ وهو وَإِنْ كان إحْدَاثًا فَهُوَ بِدْعَةٌ حَسَنَة
Menulis nama surat dan ayat quran meskipun termasuk hal
baru maka ia adalah bid’ah hasanah.
2. Madzhab Maliki
a. Dalam kitab Mawahibul Jalil , Juz 2 hlm 81, ketika
mengomentari bacaan tasbih dan zdikir sebelum fajar, dijelaskan bahwa itu
merupakan bid’ah hasanah.
والحاصل أن التسبيح والتذكير محدث قطعا وإنما الخلاف
هل هو بدعة حسنة أو مكروهة فقال كثير من العلماء إنه بدعة حسنة في آخر الليل
Walhasil: Tasbih dan dzikir (sebelum fajar-red) adalah
hal baru secara pasti. Adapun perbedaan pendapatnya adalah apakah ia bid’ah
hasanah ataukah bid’ah makruhah? Maka banyak ulama yang berpendapat bahwa
tasbih dan dzikir pada ahir malam adalah bid’ah hasanah.
b. Dalam kitab Hasyiah Ad-Dasyuqi Juz 1 hlm 389, ketika
mengomentari bacaan sholawat setelah adzan, dijelaskan bahwa itu merupakan bid’ah
hasanah.
وأما الصلاة على النبي (ص) بعد الاذان فبدعة حسنة أول حدوثها زمن الناصر صلاح
الدين يوسف بن أيوب سنة إحدى وثمانين وسبعمائة في ربيع الاول
Adapun sholawat atas Nabi SAW setelah adzan adalah bid’ah
hasanah yang pertama kali membaharuinya adalah An-Nashir Sholahuddin Al-Ayyubi
pada tahun 780 H bulan robiul awal.
c. Dalam kitab An-Nawadir Waziyadat Juz 1 hlm 149, ketika
mengomentari sholat tarowih secara berjama’ah dijelaskan bahwa hal itu adalah
bid’ah hasanah.
وقيام رمضان نافلة، ولِلخَوَاصِّ اكتسابٌ، والجمعُ فيه بِدْعةٌ حَسَنَة
Qiyam ramadhan adalah sunah. Bagi orang-orang husus
dianjurkan untuk mengusahakannya. Adapun berkumpul dalam qiyam ramadhan adalah
bid’ah hasanah.
d. Dalam kitab Hasyiah Showi Ala Syarhi Shohir Juz 11 hlm
271, ketika mengomentari masalah mencuci tangan sebelum makan, dijelaskan bahwa
hal itu adalah bid’ah hasanah.
وَبِالْجُمْلَةِ غَسْلُ الْيَدِ قَبْلَ الطَّعَامِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ
سُنَّةً عِنْدَنَا فَهُوَ بِدْعَةٌ
حَسَنَة
Secara global mencuci tangan sebelum makan sekalipun
bukan sunah bagi kami itu adalah bid’ah hasanah.
3. Madzhab Syafi’i
a. Imam
Nawawi dalam kitab Syarah Shohih Muslim Juz 6 Hlm 221 mengatakan.
البدعة بكسر الباء
في الشرع هي إحداث ما لم يكن في عهد الرسول صلى الله عليه وسلم, وهي منقسمة الى حسنه
وقبيحة
Bid’ah, dengan di baca kasroh ba’nya adalah membuat
suatu amalan yang tidak ada dijaman Rosululloh SAW. Bid’ah terbagi menjadi dua,
bid’ah hasanah dan bid’ah qobihah.
b. Dalam kitab Al-Hawi Lil Fatawi Juz 1 hlm 188, Imam
Suyuthi menukil kalam Ibn Hajar, bahwa maulid Nabi adalah bid’ah hasanah.
وقد سئل شيخ الإسلام
حافظ العصر أبو الفضل أحمد بن حجر عن عمل المولد فأجاب بما نصه : أصل عمل المولد بدعة
لم تنقل عن أحد من السلف الصالح من القرون الثلاثة ولكنها مع ذلك قد اشتملت على محاسن
وضدها ، فمن تحرى في عملها المحاسن وتجنب ضدها كان بدعة حسنة
Syekh Islam Ibn
Hajar ditanya mengenai amalan mauled Nabi. Beliau menjawab: Pada dasarnya Maulid
Nabi adalah bid’ah. Tidak ada riwayat mengenai mauled dari salaf sholih sejak
kurun tiga hijriyah akan tetapi mauled memuat kebaikan dan keburukan. Barang siapa
menjaga amalan baik saat mengamalkan mauled dan menjauhi hal sebaliknya, maka mauled
adalah bid’ah hasanah.
c. Dalam kitab
Tuhfatul Habib Ala Ayarhil Habib Juz 2 hlm 455, dijelaskan bahwa berkumpul dan
berdoa setelah asar di tanah arofah adalah bid’ah hasanah.
خاتمة : اجتماع الناس بعد العصر للدعاء كما يفعله
أهل عرفة ، قال الإمام أحمد : لا بأس به ؛ وكرهه الإمام مالك ، وفعله الحسن وسبقه ابن
عباس . قال النووي : وهو بدعة حسنة
Akhiran: berkumpulnya manusia setelah asar untuk berdoa
sebagaimana yang dilakukan oleh ahli arafah menurut Imam Ahmad tidaklah
mengapa. Namun Imam Malik memakruhkan hal itu. Hasan Basri dan Ibn Abbas
melakukan hal itu. Sementara Imam Nawawi mengatakan bahwa perbuatan itu adalah
bid’ah hasanah.
d. Dalam kitab Hawasyi Syarwani Wal Ibadi Juz 2 Hlm 416
dijelaskan bahwa bacaan Muroqi (Bilal sholat jum’at-red) Innalloha wa
malaikatahu … (Alahzab: 56) Kemudian membacakan hadits adalah bid’ah hasanah.
قراءة المرقى بين يدي الخطيب إن الله وملائكته إلخ
ثم يأتي بالحديث بدعة حسنة
Demikianlah komentar para ulama dari 4 madzhab mengenai
berbagai amalan yang mereka sebut sebagai bid’ah hasanah. dengan demikian
jelaslah bahwa ulama ahlu sunah, mendukung adanya bid’ah hasanah. Merekalah
yang disebut sebagai Ahlu Bid’ah Versi Wahabi karena telah mengaki adanya bid’ah
hasanah. Wallohu a’alm.
No comments:
Post a Comment