Bingung
baca berita kasus antara Ust. Solmed dan Thoriqul Janah. Ngakunya dakwah, kok
malah saling menuduh matre kepada pihak lain.
Beginilah kalau dakwah terlalu
dipaksakan. Ketika terbentur masalah finansial, ahirnya pengajian pake pasang
tarif. Memalukan.
Menurut
saya jika memang Ust. Solmed dan Ustadzah Kholifah tidak matre, seharusnya
keduanya tidak saling menuduh sebagai da'i matre. Kalau sudah saling menuduh
begitu, maka siapun tahu bahwa keduanya sama-matre matre.
Tidak
pantas Ust. Sholmed mengungkit-ungkit masalah tiket yang di jual oleh Thoriqul
Janah. Sebab, bagaimanapun juga yang namanya pengajian butuh biayah. Hongkong
bukan Indonesia. Di Indonesia dana pengajian ditanggung bersama dengan cara
menarik iuran sebelum pengajian. Jadi tidak perlu menjual tiket.
Berbeda
dengan Hongkong. Di Hongkong penarikan iuran adalah dengan cara menjual tiket.
Saya rasa penjualan tiket itu sama sekali tidak menunjukan matrialitis.
Melainkan sebentuk kerja sama antara panitia dan jama'ah seperti yang terjadi di
Indonesia. Bedanya hanya pada cara penarikan iuran. Di Hongkong menggunakan
media tiket sedangkan di Indonesia tidak menggunakan media tiket.
Ustadzah
Kholifah juga tidak perlu menuduh Ust. Solmed sebagai dai yang matre. Sebab
segala apa yang diminta kepada panitia seperti honor sekian juta, hotel
berbintang, mobil jemputan dan lain-lain, saya kira semua itu bukan dari
pribadi Ust. Solmed. Melainkan dari pihak menegemen.
Oleh
karena itulah tidak seharusnya kita saling menyalahkan dan menuduh satu sama
lain sebagai materialis. Tidak ada dai yang materialistic. Jika pun ada, maka
ia tidak pantas menjadi dai.
Ahirnya
yang salah bukan Ust. Solmed maupun Ustadzah Kholifah. Yang salah adalah mereka
yang mencari uang dengan mengatasnamakan agama. Saya tidak tahu siapa mereka,
mungkin pihak menegemen dan mungkin pihak seponsor. Namun yang jelas, Uts.
Solmed dan Ustazdah Kholifah bukan dai yang materialistik.
No comments:
Post a Comment