Penyelewengan
terhadap pernyataan sering dilakukan oleh Wahhabi. Di antaranya adalah
penyelewengan terhadap pernyataan bahwa para pengikut 4 madzhab ahlu sunah
(Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) banyak yang mengikuti Asy’ariyah.
“Seakan
telah terjadi konsensus tak tertulis, bahwa setiap pengikut madzhab imam empat
diberbagai belahan dunia selalu beraqidah Asy’ariyah,Syafi’i fiqihnya, Asy’ari
aqidahnya.” Kata penulis Wahhabi dalam aslibumiayu.wordpress.com.
Namun Wahhabi menyelewengkan
pernyataan tersebut menggunakan kepahaman mereka yang cupet. Mereka menebak
bahwa yang dimaksud adalah bahwa para Imam 4 madzhab itu pengikut Asy’ariyah.
“Sangat tidak
mungkin para imam tersebut beraqidah Asy’ariyah. Sebuah madzhab aqidah yang
muncul secara baru, sesudah para imam tersebut wafat. Bahkan secara jelas,
aqidah para iman tersebut adalah satu, yaitu aqidah Ahlu Sunnah wal Hadits.” Tulis penulis
wahhabi.
Di ahir
artikelnya penulis Wahhabi mencoba memisahkan Asy’ariyah dari pemimpin mereka.
“Jadi
madzhab beliau bukan Asy’ariyah. Dan Ahlus Sunnah Juga tidak identik dengan
Asy’ariyah. Asy’ariyah adalah madzhab baru sedangkan Ahlus Sunnah adalah
para pengikut Sunnah (ajaran) Nabi Shalallahu’alaihi wa salam . Tetapi mengapa
kaum muslimln banyak yang menutup mata terhadap masalah ini? Apakah karena
taklid buta.” Pungkasnya. (18/04/2012, aslibumiayu.wordpress.com)
Tanggapan saya:
Tidak
ada satupun Ulama yang mengatakan bahwa Imam Mujtahid 4 madzhab, (Imam Hanafi,
Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) bermadzhab Asy’ariyah. Pernyataan mereka adalah bahwa
para pengikut 4 madzhab itu banyak yang mengikuti Asy’ariyah. Bagi anda yang
belum mengenal Asy’ariyah, silahakn baca di sini http://syafieh.blogspot.com/2013/04/ahlus-sunnah-wal-jamaah-al-asyari-dan.html
Akan
tetapi Wahhabi memilintir pernyataan tersebut. Wahhabi memahaminya sebagai
klaim bahwa Imam Mujtahid 4 madzhab mengikuti Asy’ariyah. Padahal yang benar
adalah Imam Abu Hasan Al-Asy’ari mengumpulkan data-data mengenai dalil ahlu
sunah waljama’ah.
Al-Imam
Abdulloh Al-Alhadad dalam Risalah Mu’awanah berkata: “Sesungguhnya kebenaran
bersama golongan Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Syekh Abu Hasan Al-Asy’ari.
Beliau telah menyusun kaidah-kaidah aqidah ahli haq dan menjaga dalil-dalilnya
yang merupakan aqidah yang telah disepakati oleh sahabat dan orang-orang
setelahnya.” (Risalatul Mu’awanah, hlm 51)
Data-data
tersebut beliau gunakan untuk menentang mu’tazilah. Di antara data-data yang
telah dikumpulkan oleh beliau adalah dalil mengenai sifat Alloh. Maka dari itu
Asy’ariyah juga mengakui adanya sifat Alloh.
Ketika membahas
faham Asy’ari, Harun Nasution mengatakan bahwa; “Dalam pandangan asy’ari, al-ilm,
al quwwah dan al-irodah yang dimaksud bukan zat Alloh melainkan sifat-sifat
Alloh.” (Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan
hlm 167, Jakarta UI press)
Imam Ghozali
sebagai salah satu pengikut Asy’ari berkata: “Alloh senantiasa disifati dengan
sifat yang agung.” (Ihya’ Ulumiddin Juz 1 hlm 118)
Pengikut
madzhab Asy’ari yang lain adalah Syekh Nawawi Al-Bantani. Ketika mensyarahi
kitab Duror Bahiyah karya Syekh Ibrohim Al-Bajuri, beliau mengatakan: “Wajib bagi
setiap mukalaf mensifati Alloh dengan sifat sempurna.” (Syarah Tijan Durori,
hlm 3)
Tiga pernyataan
tersebut membantah tuduhan Wahhabi atas Asy’ariyah. Wahhabi menuduh mereka
telah mengingkari sifat-sifat Alloh. Tuduhan ini berawal dari metode takwil
yang digunakan oleh Asy’ariyah. Jadi sebenarnya bukan Asy’ariyah menolak sifat
Alloh. Melainkan mereka mentakwil sifat-sifat Alloh yang secara Zohir serupa
dengan mahluk.
Pentakwilan
yang mereka lakukan memiliki dua tujuan. Pertama, untuk membantah kaum
mujasimah yang menyatakan bahwa Alloh serupa dengan mahluk. Kedua,
membantah mu’tazilah yang menafikan sifat Alloh karena menurut mereka
sifat-sifat Alloh menunjukan keserupaan Alloh dengan Mahluk.
Ketahuilah bahwa
semua umat islam, baik Ahlu Sunah, Mujasimah maupun Mu’atazilah, mereka semua
mengetahui adanya hadits mengenai sifat-sifat Alloh. Namun, dalam memahami
hadits-hadits tersebut, mereka berbeda pendapat.
Mujasimah dan
Mu’tazilah memahami sifat-sifat itu menunjukan keserupaan Alloh dengan mahluk.
Oleh karena itu, kaum mujasimah menyatakan bahwa Alloh seperti mahluk. Lain
dengan mu’tazilah. Karena dalam pandangan mereka, sifat-sifat itu menyerupakan
Alloh dengan mahluk, maka ahirnya mereka menolak adanya sifat-sifat Alloh.
Sementara itu, Asy’ariyah
menilai bahwa sifat-sifat itu tidak serupa dengan mahluk. Sehingga mereka
menetapkan sifat-sifat itu tanpa menyerupakannya dengan mahluk.
Dalam memahami sifat
Alloh yang secara zhohir serupa dengan mahluk (Mutasyabihat) Asy’ariyah memiliki
dua metode, yaitu takwil dan tafwidh. Dua metode ini merupakan metode yang
digunakan oleh ulama ahlu sunah waljama’ah.
Dalam
kitab Kafa Taqriban, DR. Umar Abdulloh Kamil menukil pendapat Imam Ar-Rozi
sebagai berikut:
وحمل الظواهر النقلية إما علي التأويل وإما علي تفويض علمها
إلي الله سبحانه وتعالى وهو الحق
Menanggapi
zhohir dalil naqli ada kalanya menggunakan ta’wil dan adakalanya menyerahkan pengetahuannya kepada Alloh SAW
dan inilah yang benar. (Kafa Taqriban Lil Umah Bismis Salaf, hlm, 46)
Al-Hafizh
Badruddin Az-Zarkasyi berkata:
وقد اختلف الناس في الوارد منها أي المتشابهات في الأيات
والأحاديث علي ثلاثة فرق : أحدها أنه لا مدخل للتأويل فيها بل تجرى علي ظاهرها
ولانؤول شيأ منها وهم المشبهة . الثانية أن لها تأويلا ولكنا نمسك عنه مع تنزيه
اعتقادنا عن الشبه والتعطيل ونقول لايعلمه إلا الله وهو قول السلف . والثالثة أنها
مؤولة وأولوها علي ما يليق به . والأول باطل يعنى مذهب المشبهة والأخيران منقولان
عن الصحابة
Artinya: “Para
pakar berbeda pendapat tentang teks mutasyabihat dalam ayat-ayat Quran dan
hadits menjadi tiga kelompok.
Pertama, kelompok yang berpendapat bahwa teks-teks tersebut tidak
boleh dita’wil, tetapi diperlakukan dengan pengertian literalnya, dan kami
tidak melakukan ta’wil apapun terhadapnya. Mereka adalah aliran musyabihah
(faham yang menyerupakan Alloh dengan mahluk).
Kedua, kelompok yang berpendapat bahwa teks-teks tersebut boleh
dita’wil tetapi kami menghindar untuk melakukannya serta menyucikan keyakinan
kami dari menyerupakan (Alloh dengan mahluk Nya) dan menafikan (sifat-sifat
yang ada dalam teks-teks tersebut). Kami berkeyakinan bahwa ta’wil terhadap
teks-teks tersebut hany Alloh yang mengetahui. Mereka adalah aliran salaf.
Ketiga, kelompok yang berpandangan bahwa teks-teks tersebut
harus dita’wil. Mereka menta’wilkannya sesuai dengan kesempurnaan dan kesucian
Alloh.
Kelompok yang
pertama yaitu aliran musyabihah adalah bathil. Sedangkan dua kelompok yang
terahir dinukil dari sahabat Nabi SAW.”
Hasan Al-Bana
dalam Majmu’ Rosa’il juga menyetujui kedua metode itu sekalipun beliau lebih
memilih tafwidh (menyerahkan maknanya kepada Alloh). (Majmu’atir Rosa’il, Edisi
terjemahan oleh Anis Matta dkk dengan judul “Risalah Pergerakan Ikhwanul
Muslimin” jilid 2 hlm. 243)
Walhasil: Asy’ariyah
sama sekali tidak menolak sifat-sifat Alloh sebagaimana yang di tuduhkan oleh
Wahhabi. Mereka hanya mentakwil sifat-sifat itu. Dan takwil merupakan salah
satu metode ulama ahlu sunah wajjama’ah sekalipun kaum mujasimah tidak menyukai
takwil sebab bagi mereka, takwil adalah tahrif.
Perbedaan
penggunaan metode takwil bukan lah perbedaan yang terjadi antara Ahlu sunah dan
Asy’ariyah. Melainkan antara ahlu sunah dan mujasimah. Sebagian ulama ahlu
sunah menggunakan metode takwil sedangkan kaum mujasimah anti takwil.
Maka jelaslah
bahwa Asy’ariyah adalah ahlu sunah waljama’ah. Sementara kaum mujasimah adalah
aliran sesat. Maka jangan heran jika kaum mujasimah begitu memusuhi Asy’ariyah.
Sebab Asy’ariyah adalah ahlu sunah waljama’ah sebagaimana yang saya jelaskan
dalam artikel Inilah Asy’ariyah”. Silahkan baca selengkapnya di blog saya http://goleksuwargo.blogspot.com/2013/08/inilah-asyariyah.html
Oleh karena
itu, maka wajar jika banyak para ulama pengikut 4 madzhab yang berakidah asy’ariyah.
Sebab, mereka adalah ahlu sunah waljama’ah. Lalu siapakah Wahhabi yang
didirikan oleh Muhammad Bin Abdul Wahhab? Ahlu sunah sama sekali tidak identik
dengan Wahhabi yang gemar mengkafirkan umat islam. Tetapi mengapa member Wahhabi
banyak yang menutup mata terhadap masalah ini? Apakah karena taklid buta???
No comments:
Post a Comment