Dalam
sebuah artikel berjudul Penyimpangan-Penyimpangan Asy’ariyah, seorang Ustadz
Wahabi bernama Abdurrahman Mubarak, mengakui bahwa Imam Abu Hasan adalah salah
satu ulama ahlu sunah waljama’ah. Namun kemudian ia menolak asy’ariyah disebut sebagai
ahlu sunah waljama’ah.
Dalam
artikel tersebut ia mengajukan dua pertanyaan. Siapakah asy’ariyah? Apakah
mereka termasuk ahlu sunah waljama’ah? Silahkan cek di sini http://asysyariah.com/penyimpangan-penyimpangan-asyariyah.html
Tanggapan
saya:
Karena
anda tidak mengenal Asy’ariyah maka wajib bagi saya untuk mengenalkannya dengan menjawab dua pertanyaan anda. Di sini
saya hanya mengenalkan. Jadi, anda jangan bersikap seperti banci dengan menuduh
saya sebagai ahli jadal. Juga jangan bersikap seperti bencong dengan menuduh
saya sebagai pemecah belah ukhuwah islamiyah hanya karena saya menulis
penjelasan ini.
Siapa
Asy’ariyah?
Asy’ariyah
adalah golongan yang dinisbatkan kepada Imam Abu Hasan Al-Asy’ari. Kata
Asy’ariyah berasal dari kata Asy’ari kemudian diberi ya’ nisbah untuk
menunjukan bahwa mereka adalah pengikut Imam Abu Hasan Al-Asy’ari. Sebagaimana
kata syafi’iyah berasal dari kata syafi’i kemudian diberi ya’ nisbah untuk
menunjukan bahwa mereka adalah pengikut Imam Muhammad Bin Idris Bin Syafi’.
Abu
Hasan Al-Asy’ari adalah salah satu ulama ahlu sunah abad tiga hijriyah. Beliau
lahir setelah masa 4 imam madzhab fiqih (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali.)
Jadi wajar jika 4 imam itu tidak mengenal beliau lebih-lebih para pengikut
beliau yang disebut asy’ariyah. Sebagaimana para imam itu juga tidak mengenal
ulama dan ustadz wahabi seperti Abdurrahman
Mubarak, Bin Baz, Al-Albani, Firanda, Mahrus Ali dan lain-lain.
Apakah karena
para imam madzhab itu tidak mengenal anda dan ustad wahabi lainnya, kemudian
anda berani mengaku bahwa anda bukan ahlu sunah?
Imam Abu Hasan
Al-Asy’ari dalam fiqih mengikuti madzhab syafi’i. Dalam teologi beliau
mengikuti mu’tazilah hingga usia 40 tahun. Hal ini dikarenakan ayah tiri
beliau, yakni al-juba’I adalah tokoh mu’tazilah. Ketika usia beliau mencapai 40
tahun, beliau keluar dari mu’tazilah dan kembali ke jalan ahlu sunah. Ini beliau
nyatakan secara lantang didepan umum.
Fakta sejarah
menunjukan bahwa beliau hanya menyatakan keluar dari mu’tazilah. Setelah keluar
dari mu’tazilah, beliau mengumpulkan dalil-dalil ahlu sunah waljama’ah untuk
menentang mu’tazilah. Maka tidak heran jika dalam kitab ibanah beliau
menegaskan:
قولنا
الذي نقول به، وديانتنا التي ندين بها، التمسك بكتاب الله ربنا عز وجل، وبسنة
نبينا محمد صلى الله عليه وسلم، وما روى عن السادة الصحابة والتابعين وأئمة الحديث.
Pendapat yang
kami katakan dan pandangan hidup yang kami ikuti adalah berpegang dengan
kitabulloh (Al-Qur’an), sunah Nabi Muhammad SAW (Al-Hadits), riwayat dari para pembesar sahabat dan
tabi’in serta para imam hadits.( Al-Ibanah
hlm. 5)
Dari
dalil-dalil tersebut kemudian beliau menyusun kaidah-kaidah teologi ahlu sunah
yang sebelumnya masih berceceran hingga ahirnya beliau berhasil menulis beberapa
kitab, di antaranya yang terkenal adalah kitab Ibanah dan maqolat Islamiyyin.
Apa yang beliau
lakukan tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Imam Syafi’I saat
menyusun kaidah-kaidah ushul fiqih. Imam Syafi’I mengumpulkan data-data tentang
cara ulama terdahulu dari kurun sahabat dan tabi’in dalam memahami dalil kemudian
menyusunnya dalam kitab risalah yang pada gilirannya disebut dengan ushul
fiqih. Setelah
menyusun kaidah-kaidah teologi ahlu sunah waljama’ah Imam Abu Hasan Al-Asy'ari belum pernah
mencabut pendapatnya tersebut. Justru beliau menetapkan semua
pendapat-pendapatnya.
Sekarang saya tanya: apakah setelah menyusun kaidah teologi ahlu sunah, beliau pernah merujuk pendapatnya? Apakah beliau pernah berpidato dan mengumumkan bahwa beliau mencabut pendapat-pendapa beliau sebagaimana ketika beliau keluar dari mu’tazilah? Jika pernah, tahun berapa pidato itu terjadi? Dan mana riwayatnya?
Saya persilahkan kepada Ust. Abdurrahman Mubarak untuk merakit riwayat terlebih dahulu agar saya semakin yakin bahwa anda pendusta.
Seperti itulah
yang dilakukan oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari. Beliau tidak mendirikan madzhab
baru melainkan beliau hanya menyusun kaidah-kaidah teologi ahlu sunah
waljama’ah. Kaidah-kaidah ini kemudian diikuti oleh mayoritas ulama yang pada
gilirannya mereka disebut dengan asy’ariyah. Jadi, asy’ariyah adalah
orang-orang yang mengikuti kaidah ahlu sunah yang telah disusun oleh Imam Abu
Hasan Al-Asy’ari.
Al-Imam
Abdulloh Al-Alhadad dalam Risalah Mu’awanah berkata: “Sesungguhnya kebenaran
bersama Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Syekh Abu Hasan Al-Asy’ari. Beliau
telah menyusun kaidah-kaidah aqidah ahli haq dan menjaga dalil-dalilnya yang
merupakan aqidah yang telah disepakati oleh sahabat dan orang-orang
setelahnya.” (Risalatul Mu’awanah, hlm 51)
Apakah
Asy’ariyah termasuk ahlu sunah waljama’ah?
Berikut
saya nukilkan komentar Ibn Subuki dalam Syarah Aqidah Ibn Hajib mengenai
asy’ariyah. Kata beliau:
اعلم أن أهل السنة والجماعة كلهم قد اتفقوا علي معتقد واحد
فيما يجب ويجوز ويستحيل وإن اختلفوا في الطرق والمبادئ الموصلة لذلك . و بالجملة
فهم بالإستقراء ثلاث طوائف : الأولى : أهل الحديث. ومعتقد مباديهم
الأدلة السمعية الكتاب والسنة والإجماع الثانية : أهل النظر العقلي وهم الأشعرية والحنفية
الماتريدية . الثالثة : أهل الوجدان والكشف وهم الصوفية .
Artinya:
“Ketahuilah
bahwa ahlu sunah waljama’ah, semuanya sepakat dalam sifat yang wajib (bagi
Alloh) sifat jaiz dan sifat muhal, meskipun mereka berbeda dalam metode dan mabadi
yang mengantarkan kepada kesepakatan tersebut. Secara global, menurut
penelitian, mereka terdiri dari tiga golongan:
Pertama,
ahli hadits. Kedua, Ahli berfikir secara akal. Mereka adalah Asy’ariyah dan
Hanafiyah Al-Maturidiyah. Ketiga, Ahlul wujdan dan Kasyaf. Mereka adalah
orang-orang sufi” (Yusuf Abdur
Rozaq, dalam ta’liqnya atas kitab Isyarotul Marom, hlm. 298, cet. Musthofa
Halaby)
Pernyataan
serupa juga disampaikan oleh salah satu ulama hanbali, yakni Imam Muhammad Bin
Ahmad As-safarini Al-hanbali. Kata beliau:
أهل السنة والجماعة ثلاث فرق : الأثرية وإمامهم أحمد بن
حنبل . والأشعرية وإمامهم أبو الحسن الأشعرى . والماتريدىةلاوإمامهم أبو
منصور الماتريدي .
Artinya:
“Ahlu sunah waljama’ah adalah tiga golongan, yaitu (1) Al-atsariyah. Imam
mereka adalah Ahmad Bin Hanbal. (2) Asy’ariyah. Imam mereka adalah Abu Hasan
Al-Asy’ari. (3) Maturidiyah. Imam mereka adalah Abu Manshur Al-Maturidi.” (Lawami’ul
Anwar Al-Bahiyah Wa Sawathi’ul Asror Al-Atsariyah, hlm 73)
Jadi
siapakah asy’ariyah? Mereka adalah orang-orang yang mengikuti kaidah aqidah
ahlu sunah yang disusun oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari. Siapa panutan mereka?
Panutan mereka adalah Imam Abu Hasan. Apakah mereka termasuk ahlu sunah? tentu
mereka adalah ahlu sunah wal jama’ah sebagaimana yang dikatakan oleh Imam
Abdulloh Al-Hadad, Ibn Subuki, Imam Muhammad bin Ahmad alhanbali.
Oleh
karena itulah banyak ulama islam yang memilih menjadi pengikut Imam Abu Hasan
Al-Asy’ari yang pada gilirannya mereka disebut sebagai asy’ariyah.
Jika
Ust. Abdurrohman dan para wahaber masih nekat mengatakan bahwa asy’ariyah bukan
ahlu sunah, maka mari kita simak daftar ulama besar yang tidak termasuk ahlu
sunah fersi wahabi. Berikut daftar sebagian nama ulama ahli hadits yang
termasuk ulama asy’ariyah:
Al-Hafizh
Abu Bakar al-Ismaili (w. 371 H/982 M) Abu Hasan Daruquthni (w. 385 h/995 m),
Al-Hafizh Al-Khoththobi (w. 388 h/ 998 m), Al-Imam Hakim An-Naisaburi (w. 405
h/ 1014 m), Al-Hafizh Al-Lalikai (w. 418 h/ 1027 m), Al-Hafizh Abu Nu’aim As
Shbihani (w. 430 h/ 1038 m), Al-Hafizh Abu Dzar al-Harowi (w. 434 h/ 1043 m),
Al-Hafizh Abu Bakar Al-Baihaqi (w. 458 h/ 1066 m), Al-Hafizh Ibn Asakir (w. 571
h/ 1176 m), Al-Hafizh Ibn Jauzi (w. 597 h/ 1201 m).
Al-Hafizh
Al-Munzhiri (w. 656 h/1258 m), Imam Nawawi (w. 676 h/ 1277 m), Ibn Katsir (w.
774 h/1373 m), Al-Hafizh Iroqi (w. 806 h/1404 m), Al-Hafizh Ibn Hajar
Al-Asqolani (w. 852 h/ 1449 m), Imam Suyuthi (w. 911 h/1505 m), Al-Hafizh
Almunawi (w. 1031 h/1622 m), Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki (w. 1425
h/2004 m).
Dan
masih banyak lagi ulama asy’ariyah. Seandainya semua nama mereka ditulis dalam
sebuah buku tobaqot asy’ariyah niscaya memerlukan lebih dari dua jilid buku. Namun
untuk mempermudah anda dalam mengetahui nama-nama ulama asy’ariyah, maka saya
persilahkan anda untuk membaca buku Madzhab Al-Asy’ari karya Ust. Muhammad
Idrus Romli.
Di
sini saya hanya ingin mengenalkan siapa asy’ariyah kepada Ust. Abdurrohman pada
hususnya dan kepada wahabi pada umumnya. Saya kira, nama-nama diatas telah
lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa asy’ariyah adalah ulama ahlu sunah
waljama’ah sebab mereka adalah para pengikut kaidah teologi ahlu sunah yang
telah disusun oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari. Wallohu a’lam.
No comments:
Post a Comment