Sebagai
seorang pemuda yang kepingin kawin, Bagoes Setyo Nugroho sering
mengalami mimpi basah. Suatu hari ia sholat subuh.
Setelah sholat, ia teringat
bahwa semalam ia mimpi basah dan belum mandi janabah. Sehingga ia melaksanakan
sholat subuh dalam keadaanjunub, (berhadats besar). Bagaimanakah hukum
sholatnya?
Itulah
yang ditanyakan oleh Mas Bagus, sebagaiberikut:
Assalamu'alaikum. Mau nanya ni
tentang mimpi basah,, Bagaimana jika kita tidak sadar kalau kita habis mimpi
terus kita melakukan sholat, dan sadarnya habis kita melakukan sholat. Apakah
kita harus mengulang sholat atau bagaimana? kalolo sudah tidak masuk waktu sholat itu bagaimana?
Syukronnn
Jawab:
Wa
alaikum salam.
Sholatnya
tidak sebab suci dari hadats adalah salah satu syarat sah sholat yang tidak
diampuni karena lupa. Maka dari itu, kita harus mengulangi sholatnya. Jika
ternyata waktu sholat sudah habis, maka kita wajib mengqodhonya.
Dalam
Kitab Majmu’ Syarah Muhadzdzab, Juz 3 hlm 143, dikatakan:
فأما الطهارة عن الحدث فهى شرط في صحة الصلاة
“Adapun
bersesuci dari hadats adalah termasuk syarat sah sholat.”
Ketika
menjelaskan masalah ini, Imam Nawawi mengatakan:
ولا تصح صلاة بغير طهور
“Sholat tidaklah sah tanpa suci.”
Dalam Kitab Al-Aziz Syarah Al-Wajiz Juz 4 hlm 2, Imam Rofi’I
menjelaskan:
فلو لم يكن عند الشروع في الصلاة متطهرا لم
تنعقد صلاته بحال سواء كان عامدا أو ساهيا
Seandainya seseorang tidak dalam keadaan suci ketika akan
melaksanakan sholat, maka sholatnya tidak sah, baik ia sengaja maupun lupa.
Dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin hlm 103, dijelaskan:
(مسألة
: ك) : صلى صلاة وأخلّ ببعض أركانها أو شروطها ثم علم الفساد لزمه قضاؤها مطلقا
Masalah kaf: seseorang sholat dan sebagian rukun atau syarat
sholat rusak kemudian ia mengetahui kerusakannya, maka ia wajib mengqodho
sholat.
Dalam kitab Roudhotut Tholibin Juz 1 hlm 399, Imam Nawawi
menjelaskan:
فلو لم يكن متطهرا عند إحرامه لم
تنعقد صلاته،
عامدا كان، أو ساهيا
“Seandainya seseorang yang sholat tidak dalam keadaan
suci saat takbirotul ihrom maka sholatnya tidak jadi (tidak sah) baik disengaja
maupun lupa.” Wallohu a’lam.
Demikianlah penjelasan para ulama madzhab Syafi’i.
Semoga jawaban ini bermanfaat di dunia dan akhirat. Amin.
No comments:
Post a Comment