Selama
ini, wahhabi selalu mengatakan bahwa Asy’ari lebih mendahulukan akal ketimbang
nash. Mereka menjadikan kitab Asasut Taqdis karya Muhammad Bin Umar Bin
Al-Husain Ar-Rozi (W. 606 H) sebagai bukti.
Tanggapan
saya:
Sebenarnya
saya ingin memberi tanggapan tentang hal ini sejak lama. Namun karena waktu itu
saya belum memiliki kitab Asasut Taqdis, maka saya tidak berani memberi
tanggapan. Sebab, saya tidak mau mengotori artikel ku dengan hayalan.
Al-hamdulillah, sekarang saya sudah memiliki kitabnya. Kitab setebal 243 halam
tersebut telah selesai saya baca dalam waktu kurang lebih 15 jam.
Setelah
membaca kitab tersebut, saya mengambil kesimpulan bahwa para wahhabi tidak
pernah membaca kitab Asasut Taqdis, bahkan Bin Baz dan Utsaimin sekalipun tidak
pernah membaca kitab tersebut. Mereka hanya membaca kitab Ibn Taimiyah saat
membantah kitab Asasut Taqdis termasuk Firanda. Saya kira artikel Firanda
merupakan terjemahan dari kitab Ar-Rod Ala Asasit Taqdis karya Ibn Taimiyah
atau kitab Naqdu Manhajil Asya’iroh karya DR. Safar.
Saya
ingin memberi tahu anda bahwa kedua kitab tersebut telah dijawab oleh banyak
sekali ulama. Sebagai contoh adalah kitab Ahlu Sunah Wal-Jama’ah Karya Syekh
Sa’id Faudah. Kitab ini membantah kitab Ar-Rod Ala Asasit Taqdis. Kemudian
kitab Kafa Tafriqon Lil Umah Bismi Salaf, Karya DR. Abdulloh Kamil. Kitab ini
membantah DR. Safar.
Seandainya
Firanda dan para Wahhabi membaca langsung kitab Asasut Taqdis, niscaya mereka
akan tahu bahwa Ar-Rozi sama sekali tidak mendahulukan akal ketimbang nas.
Buktinya, setiap membahas suatu masalah, ia selalu menukil ayat atau hadits
untuk dijelaskan menggunakan akal. Artinya, Ar-Rozi menggunakan akal untuk
memahami nas. Bukan mendahulukan akal ketimbang nas.
Ketika
membahas bahwa Alloh suci dari jisim, tempat dan arah, beliau menggunakan
dalil-dalil sam’i berupa ayat qur’an dan hadits. Di sini saya hanya ingin
membuktikan bahwa Ar-Rozi sama sekali tidak mendahulukan akal. Oleh karena itu
saya hanya menukil sebagian ayat qur’an yang digunakan sebagai dalil serta
sedikit penjelasannya.
Surat
Al-Ikhlas : 1
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Artinya:
“Katakanlah bahwa Alloh satu.”
Saat
Nabi ditanya mengenai keberadaan Alloh, Alloh dimana? Beliau tidak langsung
menjawab. Beliau diam hingga turunlah Al-Ikhlas 1-4. Kemudian surat ini beliau
jadikan sebagai jawaban atas pertanyaan tadi. Oleh karena itu Ar-Rozi menyebut
surat ini sebagai ayat muhakamat. Maka pendapat apapun yang bertentangan dengan
surat tersebut berarti pendapat itu batil.
Ar-Rozi
menjelaskan bahwa lafal أَحَدٌ (satu) menunjukan bahwa Alloh suci
dari jisim, tempat dan arah. Sebab jisim adalah susunan dari dua jauhar
(bentuk). Ini bertentangan dengan pernyataan surat Al-Ikhlas bahwa Alloh ahad.
(Baca selengkapnya di Asasut Taqdis Hlm 18-23)
Asy-Syuwar:
11
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
Artinya:
“tidak ada sesuatupun yang menyerupai Alloh.”
Seandainya
Alloh jisim, berarti Alloh menyerupai jisim-jisim yang lain. Ini bertentangan
dengan ayat di atas. (Ibid. 24-25)
Muhammad:
38
وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ
Artinya:
“Alloh Maha Kaya sedangkan kalian faqir (membutuhkan)”
Ayat
ini menunjukan bahwa Alloh Maha Kaya. Artinya Alloh tidak membutuhkan apapun.
Seandainya Alloh berada disuatu arah, berarti Alloh membutuhkan arah. Maka ini bertentangan
dengan ayat tersebut. Dengan demikian Alloh suci dari tempat. (Ibid. 25)
Al-Baqoroh:
186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي
قَرِيب
Artinya:
“Apabila hambaku bertanya tentang aku, maka sesungguhnya Aku dekat.”
Ayat
ini menunjukan bahwa Alloh dekat. Seandainya Alloh beradadi atas Arsy, maka
bertentangan dengan ayat tersebut. (Ibid. 28)
Al-A’rof:
56
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى
عَلَى الْعَرْش
Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Tsumastawa ‘Alal Arsy”
Ayat ini memberi kepahaman tentang penciptaan, bahwa Alloh
menciptakan langit, bumi kemudian Arsy. Seandainya Alloh istaqoro (menetap) di
atas arsy berarti Arsy adalah tempat Alloh. Jika demikian seharusnya, Alloh
menciptakan Arsy terlebih dahulu. Akan tetapi ayat tersebut menunjukan bahwa
Alloh menciptakan langit dan bumi kemudian Arsy. Jadi sebelum penciptaan ketiga
hal itu, Alloh tidak berada pada suatu tempat. Ini menunjukan bahwa Alloh tidak
berada disuatu tempat. (Asasut Taqdis. 31)
Al-Qosos : 88
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ
Artinya: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.”
Secara zhohir ayat ini menunjukan bahwa selain Alloh, segala sesuatu
pasti rusak termasuk arsy, tempat dan arah. Maka jelas, bahwa Alloh tidak
Istaqoro (menetap) di atas arsy. Alloh suci dari tempat, dan arah. (Asasut
Taqdis: 32)
Ayat
lain yang digunakan oleh Ar-Rozi sebagai dalil untuk membuktikan bahwa Alloh
suci dari jism, tempat dan arah adalah Al-Hadid : 3, Thoha: 110, Al-An’am: 14,
Ali Imron: 2 dan masih banyak lagi ayat yang beliau gunakan sebagai dalil bahwa
Alloh suci dari jisim, arah dan tempat.
Ini
membuktikan bahwa Ar-Rozi sama sekali tidak mendahulukan akal ketimbang nas.
Hanya orang TOLOL yang mengatakan beliau mendahulukan akal. Dan saya dapati,
Ibn Taimiyah lah orang yang pertama kali menuduh Ar-Rozi, lebih mendahulukan
akal.
Bin
Baz, Utsaimin dan Wahhaber termasuk Firanda, secara membabi buta bertaqlid pada
Ibn Taimiyah sambil membohongi umat islam bahwa mereka pengikut salaf dan
menuduh Asy’ariyah sebagai aliran bid’ah yang sesat yang lebih mendahulukan
akal ketimbang nas.
Atas
semua tuduhan ini, saya katakan: Allohumma Subhanak Hadza Buhtan Azhim. Maha
Suci Engkau Ya Alloh, Tuduhan Ibn Taimiyah adalah kedustaan yang sangat besar.
Adapun
alasan Ibn Taimiyah menyebarkan kebohongan tersebut adalah karena isi kitab
Asasut Taqdis meruntuhkan konsep aqidah tajsim yang menganggap Alloh mustaqirun
(menetap) di atas Arsy. Adapun dalil yang mereka gunakan adalah Al-A’rof: 54,
Yunus : 3, Thoha : 20, An-Nahl: 20. Mereka mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut
secara zhohir menunjukan bahwa Alloh mustaqirun di atas Arsy.
Jika
anda membaca Al-Qur’an, niscaya anda akan mengetahui bahwa sebenarnya aqidah
wahhabi termasuk menafikan sifat Alloh yang lain. Sebab dalam banyak ayat Alloh
menyatakan bahwa Alloh tidak mustaqirun di atas arsy.
Seperti
dalam Al-Hadid 4, dijelaskan bahwa Alloh bersama kalian. Al-Baqoroh: 186 menyatakan
bahwa Alloh dekat. Dalam At-Taubah: 40 dijelaskan bahwa Alloh bersama kita.
Semua ayat tersebut secara zhohir menunjukan bahwa Alloh tidak mustaqirun di
atas Arsy.
Baiklah,
jika anda masih nekat tidak mau melakukan takwil dan menyatakan bahwa Alloh
mustaqirun di atas arsy, sekarang coba jelaskan kepada saya mengenai
Al-Baqoroh: 115
فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ
Artinya: “maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.”
kau pendusta...
ReplyDeleteMaaf akhi jangan ujub anda di sini berusaha ingin menunjukan anda paling benar dan paling pintar ,namun tanpa anda sadari orang2 tau sebesar apa di hadapan ulama dunia yg hasil karya nya dan dan sumbangsih terhadap islam ini ulama2 yg anda jelek2 an di atas...maaf bedakwahvlah dengan jujur cari kebenaran bukan pebenaran
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteJahmiyah laknat
Delete