Tuesday 4 February 2014

Asy’ariyah Menafikan Sebagian Sifat Alloh, Benarkah?


Muhammad Bin Kholifah Al-Wahhabi, dalam kitab Maqolatut Ta’thil 1/25, berkata:
وأما الأشاعرة المتأخرون ومعهم الماتريدية فهم يثبتون الأسماء وسبعاً من الصفات هي (الحياة، العلم، القدرة، السمع، البصر، الإرادة، الكلام) ويزيد بعض الماتريدية صفة ثامنة هي (التكوين) وينفون باقي الصفات ويؤولون النصوص الواردة فيها ويحرفون معانيها
Artinya: “Adapun asya’iroh generasi akhir serta maturidiyah, mereka menetapkan asma dan 7 sifat Alloh, yaitu Hayah, Ilm, Qudroh, Sam’, Bashor, Irodah dan Kalam. Sebagian maturidiyah ada yang menambahkan sifat ke delapan, yaitu Takwin. Mereka menafikan sifat-sifat lain dan mentakwilnya serta mendistorsi maknanya.”

Tanggapan:

Kalimat “Mereka menafikan sifat-sifat lain dan mentakwilnya serta mendistorsi maknanya” menunjukan bahwa dalam hayalan wahhabi ta’wil sama dengan distorsi dan penafian terhadap sifat yang ditakwili.  Namun wahhabi tidak mampu dan tidak akan pernah mampu menunjukan satupun ucapan ulama asy’ariyah yang mengatakan bahwa asy’ariyah menolak sifat yang ditakwil.
Realitanya asy’ariyah tidak menafikan sifat yang dita’wili. Mereka hanya mengalihkan makna literal sifat Alloh yang secara zohir serupa dengan mahluk tanpa menafikan keberadaan sifat tersebut. Seandainya mereka menafikan sifat-sifat tersebut, niscaya mereka tidak akan mentakwilnya.
Mustahil seseorang akan mentakwil sesuatu yang keberadaannya tidak dipercayai. Buat apa ditakwil, lha wong keberadaannya saja diingkari kok. Maka ta’wil yang dilakukan oleh asy’ariyah merupakan bukti bahwa mereka tidak menafikan sifat yang dita’wil.
Penting diingat, tujuan dari takwil adalah untuk mensucikan sifat Alloh dari serupa dengan mahluk. Tujuan ini merupakan konsekwensi logis dari pernyataan Alloh dalam Asy-Syuro;11:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”
Mungkin ada wahhabi yang bertanya: Jika memang ta’wil bertujuan untuk mensucikan Alloh dari keserupaan dengan mahluk, lalu mengapa asy’ariyah tidak mentakwil sifat bashor (melihat) dan sama’ (mendengar)? Bukankah dua sifat tersebut juga ada pada mahluk?
Kepadanya saya katakan: Sifat sama’ dan bashor -meskipun dimiliki oleh mahluk- namun keduanya bisa dibedakan dengan tanpa ditakwil. Manusia melihat dan mendengar menggunakan alat. Penglihatan dan pendengaran manusia pun terbatas. Berbeda dengan penglihatan dan pendengaran Alloh. Alloh melihat dan mendengar tanpa alat dan tanpa batas.
Untuk mendengar, manusia memerlukan alat berupa telinga yang terdiri dari beberapa elemen seperti daun telinga dan gendang telinga. Mereka juga membutuhkan getaran yang diterima oleh gendang telinga. Frekuensi getaran yang bisa didengar oleh manusia pun terbatas antara 20 hertz sampai dengan 20.000 hertz. Berbeda dengan pendengaran Alloh. Alloh mendengar tanpa membutuhkan alat dan tanpa batasan frekuensi getaran.
Untuk melihat, manusia membutuhkan alat berupa bola mata yang terdiri dari beberapa elemen seperti bola mata, lensa mata, pupil dan kornea. Mereka juga membutuhkan cahaya yang diterima oleh lensa mata. Tanpa itu semua, manusia tidak akan bisa melihat. Berbeda dengan Alloh. Alloh melihat tanpa membutuhkan alat dan cahaya.
Oleh karena itulah keduanya dan 5 sifat lainnya tidak ditakwil. Sebab, tujuan ta’wil adalah untuk mensucikan Alloh dari keserupaan dengan mahluk. Ketika sifat Alloh secara zohir tidak serupa dengan mahluk, maka ta’wil tidak perlu dilakukan. Inilah alasan asy’ariyah tidak mentakwilnya.
Walhasil, asy’ariyah sama sekali tidak menafikan sifat Alloh. Sebaliknya mereka menerima segala apa yang datang dari Alloh dan Rosul Nya. Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki dalam kitab Minhaju Salaf Fi Fahmin Nusus Bainan Nazhriyah Wattathbiq Hlm. 20 mengatakan:
وقد أمنا بما جاء عن الله على مراد الله عز وجل وأمنا بما جاء عن الرسول s
Artinya: “Sesungguhnya kami beriman terhadap apa yang datang dari Alloh SWT atas apa yang Dia kehendaki. Kami juga berimana terhadap apa yang datang dari rosul.”
Beriman pada apa yang datang dari Alloh dan Rosul-Nya, sama saja menetapkan semua sifat-sifat Alloh yang dijelaskan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits, termasuk sifat Istawa, Nuzul, Wajhulloh, ‘Ainulloh dan lain-lain.
Jika demikian, berarti titik permasalahannya tidak terletak pada penafian terhadap sebagian sifat Alloh. Melainkan terletak pada ta’wil. Ini membuktikan bahwa klaim wahhabi adalah tadlis (pengkaburan-red) terhadap titik masalah dan merupakan kedustaan dalam menukil suatu pendapat.

Mengapa kalian melakukan tadlis wahai wahhabiyun? Tidakkah kalian bisa berkata jujur dalam menukil pendapat dan meletakan titik permasalahan dengan benar?

No comments:

Post a Comment



 
Support : Qosim Ibn Aly | Islamic Defenders Community
Copyright © 2013. Golek Surgo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Aliy Faizal
Proudly powered by Blogger