Tuesday 4 February 2014

Asy’ariyah Lebih Mendahulukan Akal. Benarkah?


Abu Utsman Faishol Bin Qozar Al-wahhabi, dalam kitab Asya’iroh Fi Mizani Ahli sunah 1/70, berkata:

وأما المتكلمون من الأشاعرة والكلابية وغيرهم فقد انحرفوا في مصدر التلقّي وخالفوا ما أمر الله به ورسوله وما كان عليه سلف الأمة، وهم مع ذلك مختلفون في تحديده، إلا إنه يجمعهم الاعتماد على العقل، فيجعلونه الأساس في تقرير مسائل المعتقد، ويقدمونه على النقل.

Artinya: “Adapun mutakalim dari asya’iroh, kulabiyah dan yang lainnya sesungguhnya mereka telah melakukan distorsi terhadap sumber talaqi. Mereka menentang apa yang diperintah Alloh dan rosul-Nya dan pendapat salaf umat. Bersama dengan itu mereka berbeda pendapat mengenai batasan sumber talaqi. Hanya saja mereka sepakat bersandar pada akal. Mereka menjadikal akal sebagai dasar dalam menetapkan masalah akidah dan mereka mendahulukan akal ketimbang naql.”

Tanggapan:
Saya ingin mengajak anda untuk merujuk kitab aqidatul awam yang menjadi pedoman pengikut asy’ariyah saat ini. Dalam kitab yang ditulis oleh Sayyid Ahmad Marzuqi tersebut ditegaskan bahwa kita harus menerima apa saja yang dibawa oleh Rosul. Pada bait ke 27, beliau berkata:
وكل ما اتى به الرسول # فحقه التسليم والقبول
Artinya: “Setiap hal yang dibawa oleh Rosul, maka berhaq untuk diterima.”
Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani ketika menjelaskan bait tersebut mengatakan bahwa hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-qur’an. Itu artinya asy’ariyah menjadikan qur’an dan hadits sebagai dasar aqidah. Dalam kitab Jala’ul Afham Syarhu Aqidatil Awam Hlm. 69, beliau berkata:
من الواجب على كل مكلف إذا بلغه ما أتى به الرسول أن ينتهي ويعمل به وعليه التسليم والقبول لأنه المصدر الثاني بعد كلام الله تعالى
Artinya: “Sebagaian dari kewajiban seorang mukalaf adalah apabila ada hadits dari rosul yang sampai kepadanya, hendaknya ia berpegang dan mengamalkan hadits tersebut. Ia wajib menerimanya sebab hadits merupakan sumber (hukum) kedua setelah kalamulloh (al-qur’an).
Sementara akal hanya merupakan alat untuk memahami qur’an dan hadits. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ghozali. Ulama asy’ariyah priode kholaf ini memaparkan runtutan dasar aqidah asy’ariyah adalah al-qur’an, al-hadits kemudian akal. Dalam Ar-Risalah Al-Laduniyah, hlm. 244, beliau berkata:
وأهل النظر في هذا العلم يتمسكون اولا بأيات الله تعالى من القران ثم بأخبار الرسولsثم بالدلائل العقلية والبراهين القياسية  
Artinya: “Ahli nazhor (nalar-red) dalam ilmu ini (aqidah-red) pertama-tama berpegang dengan ayat-ayat Alloh ta’ala, yakni Al-Qur’an kemudian dengan khobar (hadits) Rosul SAW selajutnya dengan dalil akal dan argumentasi analog.”
Hal tersebut mereka lakukan karena al-qur’an sendiri memerintah kita untuk menggunakan akal dalam memahami ayat-ayat Alloh. Setidaknya ada 49 ayat yang menyinggung soal penggunaan akal serta 19 ayat yang menyinggung masalah berfikir. Di antaranya adalah al-anbiya’:10
لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Artinya: Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?”
Oleh karena itu saya katakan: siapa saja yang mengaku mengamalkan al-qur’an namun menolak peranan akal, berarti ia tidak mengamalkan al-qur’an. Sebab qur’an memerintah agar menggunakan akal.
Ini membuktikan bahwa klaim wahhabi atas asy’ariyah adalah merupakan tadlis (Pengkaburan-red) terhadap titik permasalahan dan merupakan kedustaan dalam menukil suatu pendapat.

Mengapa kalian melakukan tadlis wahai wahhabiyun?!! Tidakkah kalian bisa berkata jujur dalam menukil pendapat dan meletakan titik permasalahan dengan benar?

No comments:

Post a Comment



 
Support : Qosim Ibn Aly | Islamic Defenders Community
Copyright © 2013. Golek Surgo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Aliy Faizal
Proudly powered by Blogger