Thursday 15 August 2013

Inilah Asy'ariyah II

Penyelewengan terhadap pernyataan sering dilakukan oleh Wahhabi. Di antaranya adalah penyelewengan terhadap pernyataan bahwa para pengikut 4 madzhab ahlu sunah (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) banyak yang mengikuti Asy’ariyah.

“Seakan telah terjadi konsensus tak tertulis, bahwa setiap pengikut madzhab imam empat diberbagai belahan dunia selalu beraqidah Asy’ariyah,Syafi’i fiqihnya, Asy’ari aqidahnya.” Kata penulis Wahhabi dalam aslibumiayu.wordpress.com.

Namun Wahhabi menyelewengkan pernyataan tersebut menggunakan kepahaman mereka yang cupet. Mereka menebak bahwa yang dimaksud adalah bahwa para Imam 4 madzhab itu pengikut Asy’ariyah.

“Sangat tidak mungkin para imam tersebut beraqidah Asy’ariyah. Sebuah madzhab aqidah yang muncul secara baru, sesudah para imam tersebut wafat. Bahkan secara jelas, aqidah para iman tersebut adalah satu, yaitu aqidah Ahlu Sunnah wal Hadits.” Tulis penulis wahhabi.

Di ahir artikelnya penulis Wahhabi mencoba memisahkan Asy’ariyah dari pemimpin mereka.

“Jadi madzhab beliau bukan Asy’ariyah. Dan Ahlus Sunnah Juga tidak identik dengan Asy’ariyah. Asy’ariyah adalah madzhab baru sedangkan Ahlus Sunnah adalah para pengikut Sunnah (ajaran) Nabi Shalallahu’alaihi wa salam . Tetapi mengapa kaum muslimln banyak yang menutup mata terhadap masalah ini? Apakah karena taklid buta.” Pungkasnya. (18/04/2012, aslibumiayu.wordpress.com)

Tanggapan saya:

Tidak ada satupun Ulama yang mengatakan bahwa Imam Mujtahid 4 madzhab, (Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) bermadzhab Asy’ariyah. Pernyataan mereka adalah bahwa para pengikut 4 madzhab itu banyak yang mengikuti Asy’ariyah. Bagi anda yang belum mengenal Asy’ariyah, silahakn baca di sini http://syafieh.blogspot.com/2013/04/ahlus-sunnah-wal-jamaah-al-asyari-dan.html

Akan tetapi Wahhabi memilintir pernyataan tersebut. Wahhabi memahaminya sebagai klaim bahwa Imam Mujtahid 4 madzhab mengikuti Asy’ariyah. Padahal yang benar adalah Imam Abu Hasan Al-Asy’ari mengumpulkan data-data mengenai dalil ahlu sunah waljama’ah.

Al-Imam Abdulloh Al-Alhadad dalam Risalah Mu’awanah berkata: “Sesungguhnya kebenaran bersama golongan Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Syekh Abu Hasan Al-Asy’ari. Beliau telah menyusun kaidah-kaidah aqidah ahli haq dan menjaga dalil-dalilnya yang merupakan aqidah yang telah disepakati oleh sahabat dan orang-orang setelahnya.” (Risalatul Mu’awanah, hlm 51)

Data-data tersebut beliau gunakan untuk menentang mu’tazilah. Di antara data-data yang telah dikumpulkan oleh beliau adalah dalil mengenai sifat Alloh. Maka dari itu Asy’ariyah juga mengakui adanya sifat Alloh.
Ketika membahas faham Asy’ari, Harun Nasution mengatakan bahwa; “Dalam pandangan asy’ari, al-ilm, al quwwah dan al-irodah yang dimaksud bukan zat Alloh melainkan sifat-sifat Alloh.” (Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan hlm 167, Jakarta UI press)

Imam Ghozali sebagai salah satu pengikut Asy’ari berkata: “Alloh senantiasa disifati dengan sifat yang agung.” (Ihya’ Ulumiddin Juz 1 hlm 118)

Pengikut madzhab Asy’ari yang lain adalah Syekh Nawawi Al-Bantani. Ketika mensyarahi kitab Duror Bahiyah karya Syekh Ibrohim Al-Bajuri, beliau mengatakan: “Wajib bagi setiap mukalaf mensifati Alloh dengan sifat sempurna.” (Syarah Tijan Durori, hlm 3)

Tiga pernyataan tersebut membantah tuduhan Wahhabi atas Asy’ariyah. Wahhabi menuduh mereka telah mengingkari sifat-sifat Alloh. Tuduhan ini berawal dari metode takwil yang digunakan oleh Asy’ariyah. Jadi sebenarnya bukan Asy’ariyah menolak sifat Alloh. Melainkan mereka mentakwil sifat-sifat Alloh yang secara Zohir serupa dengan mahluk.

Pentakwilan yang mereka lakukan memiliki dua tujuan. Pertama, untuk membantah kaum mujasimah yang menyatakan bahwa Alloh serupa dengan mahluk. Kedua, membantah mu’tazilah yang menafikan sifat Alloh karena menurut mereka sifat-sifat Alloh menunjukan keserupaan Alloh dengan Mahluk.

Ketahuilah bahwa semua umat islam, baik Ahlu Sunah, Mujasimah maupun Mu’atazilah, mereka semua mengetahui adanya hadits mengenai sifat-sifat Alloh. Namun, dalam memahami hadits-hadits tersebut, mereka berbeda pendapat.

Mujasimah dan Mu’tazilah memahami sifat-sifat itu menunjukan keserupaan Alloh dengan mahluk. Oleh karena itu, kaum mujasimah menyatakan bahwa Alloh seperti mahluk. Lain dengan mu’tazilah. Karena dalam pandangan mereka, sifat-sifat itu menyerupakan Alloh dengan mahluk, maka ahirnya mereka menolak adanya sifat-sifat Alloh.

Sementara itu, Asy’ariyah menilai bahwa sifat-sifat itu tidak serupa dengan mahluk. Sehingga mereka menetapkan sifat-sifat itu tanpa menyerupakannya dengan mahluk.

Dalam memahami sifat Alloh yang secara zhohir serupa dengan mahluk (Mutasyabihat) Asy’ariyah memiliki dua metode, yaitu takwil dan tafwidh. Dua metode ini merupakan metode yang digunakan oleh ulama ahlu sunah waljama’ah.

Dalam kitab Kafa Taqriban, DR. Umar Abdulloh Kamil menukil pendapat Imam Ar-Rozi sebagai berikut:
وحمل الظواهر النقلية إما علي التأويل وإما علي تفويض علمها إلي الله سبحانه وتعالى وهو الحق

Menanggapi zhohir dalil naqli ada kalanya menggunakan ta’wil dan adakalanya  menyerahkan pengetahuannya kepada Alloh SAW dan inilah yang benar. (Kafa Taqriban Lil Umah Bismis Salaf, hlm, 46)

Al-Hafizh Badruddin Az-Zarkasyi berkata:
وقد اختلف الناس في الوارد منها أي المتشابهات في الأيات والأحاديث علي ثلاثة فرق : أحدها أنه لا مدخل للتأويل فيها بل تجرى علي ظاهرها ولانؤول شيأ منها وهم المشبهة . الثانية أن لها تأويلا ولكنا نمسك عنه مع تنزيه اعتقادنا عن الشبه والتعطيل ونقول لايعلمه إلا الله وهو قول السلف . والثالثة أنها مؤولة وأولوها علي ما يليق به . والأول باطل يعنى مذهب المشبهة والأخيران منقولان عن الصحابة

Artinya: “Para pakar berbeda pendapat tentang teks mutasyabihat dalam ayat-ayat Quran dan hadits menjadi tiga kelompok.

Pertama, kelompok yang berpendapat bahwa teks-teks tersebut tidak boleh dita’wil, tetapi diperlakukan dengan pengertian literalnya, dan kami tidak melakukan ta’wil apapun terhadapnya. Mereka adalah aliran musyabihah (faham yang menyerupakan Alloh dengan mahluk).

Kedua, kelompok yang berpendapat bahwa teks-teks tersebut boleh dita’wil tetapi kami menghindar untuk melakukannya serta menyucikan keyakinan kami dari menyerupakan (Alloh dengan mahluk Nya) dan menafikan (sifat-sifat yang ada dalam teks-teks tersebut). Kami berkeyakinan bahwa ta’wil terhadap teks-teks tersebut hany Alloh yang mengetahui. Mereka adalah aliran salaf.

Ketiga, kelompok yang berpandangan bahwa teks-teks tersebut harus dita’wil. Mereka menta’wilkannya sesuai dengan kesempurnaan dan kesucian Alloh.

Kelompok yang pertama yaitu aliran musyabihah adalah bathil. Sedangkan dua kelompok yang terahir dinukil dari sahabat Nabi SAW.”

Hasan Al-Bana dalam Majmu’ Rosa’il juga menyetujui kedua metode itu sekalipun beliau lebih memilih tafwidh (menyerahkan maknanya kepada Alloh). (Majmu’atir Rosa’il, Edisi terjemahan oleh Anis Matta dkk dengan judul “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin” jilid 2 hlm. 243)

Walhasil: Asy’ariyah sama sekali tidak menolak sifat-sifat Alloh sebagaimana yang di tuduhkan oleh Wahhabi. Mereka hanya mentakwil sifat-sifat itu. Dan takwil merupakan salah satu metode ulama ahlu sunah wajjama’ah sekalipun kaum mujasimah tidak menyukai takwil sebab bagi mereka, takwil adalah tahrif.

Perbedaan penggunaan metode takwil bukan lah perbedaan yang terjadi antara Ahlu sunah dan Asy’ariyah. Melainkan antara ahlu sunah dan mujasimah. Sebagian ulama ahlu sunah menggunakan metode takwil sedangkan kaum mujasimah anti takwil.

Maka jelaslah bahwa Asy’ariyah adalah ahlu sunah waljama’ah. Sementara kaum mujasimah adalah aliran sesat. Maka jangan heran jika kaum mujasimah begitu memusuhi Asy’ariyah. Sebab Asy’ariyah adalah ahlu sunah waljama’ah sebagaimana yang saya jelaskan dalam artikel Inilah Asy’ariyah”. Silahkan baca selengkapnya di blog saya http://goleksuwargo.blogspot.com/2013/08/inilah-asyariyah.html


Oleh karena itu, maka wajar jika banyak para ulama pengikut 4 madzhab yang berakidah asy’ariyah. Sebab, mereka adalah ahlu sunah waljama’ah. Lalu siapakah Wahhabi yang didirikan oleh Muhammad Bin Abdul Wahhab? Ahlu sunah sama sekali tidak identik dengan Wahhabi yang gemar mengkafirkan umat islam. Tetapi mengapa member Wahhabi banyak yang menutup mata terhadap masalah ini? Apakah karena taklid buta???

No comments:

Post a Comment



 
Support : Qosim Ibn Aly | Islamic Defenders Community
Copyright © 2013. Golek Surgo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Aliy Faizal
Proudly powered by Blogger