Sunday 26 May 2013

Bid'ah Hasanah Dalam Pandangan Ahlu Sunah

Wahabi yang mengaku sebagai ahlu sunah menolak adanya bid'ah hasanah. menurut mereka bid'ah hasanah tidak ada. Semua bid'ah sesat. 

Benarkah semua bid'ah sesat? Lalu bagaimana komentar ulama ahlu sunah mengenai bid'ah?
Mari kita cara tahu jawabannya dalam artikel berikut.

1. Hadits Tentang Bid’ah.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir Ra, disebutkan

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ إِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةُ. (رواه مسلم)
"Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah r bersabda “Sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang baru. Dan setiap bid’ah itu kesesatan." (HR. Muslim)

2, Pengertian Bid’ah.

Definisi bid’ah menurut al-imam Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi.
هِيَ إِحْدَاثُ مَا لَمْ يَكُنْ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ (الإمام النووي, تهذيب الأسماء واللغات, 3/22).
Bid’ah adalah mengerjakan sesuatu yang baru yang belum ada pada masa Rasulullah r.” (al-Imam al-Nawawi, Thadzib al-Asma’ wa al-Lughat, 3/22)

3, Pembagian Bid’ah.

Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris al-Syafi’i berkata:
الْمُحْدَثَاتُ ضَرْبَانِ: مَا أُحْدِثَ يُخَالِفُ كِتَابًا أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعًا فَهُوَ بِدْعَةُ الضَّلَالَةِ وَمَا أُحْدِثَ فِي الْخَيْرِ لَا يُخَالِفُ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَهُوَ مُحْدَثَةٌ غَيْرُ مَذْمُوْمَةٍ.(الحافظ البيهقي, مناقب الإمام الشافعي, 1/469)

“Bid’ah (muhdatsat) ada dua macam; pertama, sesuatu yang baru yang menyalahi al-Qur’an atau Sunnah atau Ijma’, dan itu disebut bid’ah dlalalah (tersesat). Kedua, sesuatu yang baru dalam kebaikan yang tidak menyalahi al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ dan itu disebut bid’ah yang tidak tercela”. (al-Baihaqi, Manaqib al-syafi’i, 1/469).

Oleh karena itu Ibn Hajar mengakui adanya bid’ah hasanah. Kata beliau:
وَالْبِدْعَةُ أَصْلُهَا مَا أُحْدِثَ عَلَى غَيْرِ مِثَالٍ سَابِقٍ وَتُطْلَقُ فِي الشَّرْعِ فِيْ مُقَابِلِ السُّنَّةِ فَتَكُوْنُ مَذْمُوْمَةً وَالتَّحْقِيْقُ أَنَّهَا إِنْ كَانَتْ مِمَّا تَنْدَرِجُ تَحْتَ مُسْتَحْسَنٍ فِي الشَّرْعِ فَهِيَ حَسَنَةٌ وَإِنْ كَانَتْ مِمَّا تَنْدَرِجُ تَحْتَ مُسْتَقْبَحٍ فِي الشَّرْعِ فَهِيَ مُسْتَقْبَحَةٌ وَإِلاَّ فَهِيَ مِنْ قِسْمِ الْمُبَاحِ وَقَدْ تَنْقَسِمُ إِلَى اْلأَحْكَامِ الْخَمْسَةِ. (الحافظ ابن حجر، فتح الباري، 4/253).

“Secara bahasa, bid’ah adalah sesuatu yang dikerjakan tanpa mengikuti contoh sebelumnya. Dalam syara’, bid’ah diucapkan sebagai lawan sunnah, sehingga bid’ah itu pasti tercela. Sebenarnya, apabila bid’ah itu masuk dalam naungan sesuatu yang dianggap baik menurut syara’, maka disebut bid’ah hasanah. Bila masuk dalam naungan sesuatu yang dianggap buruk menurut syara’, maka disebut bid’ah mustaqbahah (tercela). Bila tidak masuk dalam naungan keduanya, maka menjadi bagian mubah (boleh). Dan bid’ah itu dapat dibagi menjadi lima hukum.” (Fath al-Bari, 4/253).

Pembagian tersebut bukan tanpa dalil, melainkan berdasarkan hadits dari sahabat Jabir RA sebagai berikut:

عَنْ جَرِيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْبَجَلِيِّ قَالَ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ اَجْرُهَا  وَاَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ  مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ. (رواه مسلم)

"Jarir bin Abdullah al-Bajali t berkata, Rasulullah r bersabda: “Barangsiapa yang memulai perbuatan baik dalam islam, maka ia akan memperoleh pahalanya serta pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barangsiapa yang memulai perbuatan jelek dalam islam, maka ia akan memperoleh dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka”" (HR. Muslim, Syarh Muslim, juz 7, hal 92)

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa perbuatan seseorang yang tidak ada dijaman Rosululloh SAW tidak berarti perbuatan itu sesat sekalipun disebut bid’ah. Sebab orang yang memulai perbuatan baik dalam islam, maka ia akan memperoleh pahalanya serta pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka.

Bid’ah yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ tidaklah tercela dan tidak pula sesat. Oleh karena itu bid’ah semacam ini disebut bid’ah hasanah. Berbeda dengan bid’ah yang bertentangan dengan al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Bid’ah semacam ini tercela dan sesat. oleh karena itu bid’ah ini disebut sayyi’ah.


Dengan demikian bid’ah ada dua, bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah. Dalam ungkapan lain, Imam Syafi’I mengatakan bid’ah mahmudah (Terpuji) dan bid’ah Madzmumah (Tercela). Bid’ah tidak mungkin akan dipuji kecuali karena bid’ah tersebut hasanah. Disebut hasanah karena bid’ah tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Wallohu a’lam. 

No comments:

Post a Comment



 
Support : Qosim Ibn Aly | Islamic Defenders Community
Copyright © 2013. Golek Surgo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Aliy Faizal
Proudly powered by Blogger