Idris
(sekitar 4533-4188 SM) adalah salah seorang rasul yang
pertama kali diberikan tugas untuk menyampaikan risalah kepada kaumnya. Ia
diberikan hak kenabian oleh Allah setelah Adam dan Syits.
Dikatakan
bahwa Idris lahir dan tinggal di Babil, Iraq, untuk berdakwah
kepada kaumnya yang bernama Bani Qabil dan Memphis.
Sedangkan beberapa kisah menyebutkan, Idris lahir di daerahMunaf, Mesir. Namanya
disebutkan sebanyak 2 kali dalam Al-Qur'an.
Idris
memiliki nama asli Khanukh (Akhnukh), ia dipanggil Idris karena ia selalu
mempelajari mushaf-mushaf Adam dan Syits. Menurut buku berjudul The Prophet of God Enoch:
Nabiallah Idris, Idris adalah sebagai sebutan atau nama Arab bagi Akhnukh,
nenek moyang Nuh.
Dikatakan
bahwa asal mula nama Idris berasal dari kosa kata bahasa Arab, "darasa"
yang memiliki arti belajar. Ia dijuluki demikian karena ia banyak sekali
mempelajari ilmu, ia dianggap pula sebagai penemu tulisan dan alat tulisnya.
Ia
juga dijuluki sebagai "Asad al-asad" (Singa dari segala singa) karena
keberanian dan kegagahannya, sedangkan di dalam kisah lain, Idris diberi
julukan "Harmasu al-Haramisah" (Ahlinya perbintangan)
Genealogi
Idris
adalah keturunan keenam dari Adam, silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut, Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam. Ia hidup 1.000
tahun setelah Adam wafat.
Biografi
Nabi
Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu dan kemahiran, serta
kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia.
Dalam beberapa kisah dikatakan bahwa Idris sebagai nabi pertama yang mengenal
tulisan, menguasai berbagai bahasa, ilmu perhitungan, ilmu alam, astronomi,
dan lain sebagainya.
Menurut
suatu kisah, terdapat suatu masa di mana kebanyakan manusia akan melupakan Allah sehingga Allah menghukum
manusia dengan bentuk kemarau yang berkepanjangan.
Nabi
Idris pun turun tangan dan memohon kepada Allah untuk
mengakhiri hukuman tersebut. Allah mengabulkan permohonan itu dan berakhirlah musim
kemarau tersebut dengan ditandai turunnya hujan.
Nabi
Idris diperkirakan bermukim di Mesir di mana
ia berdakwah untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan
tauhid, dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup
bagi pengikutnya supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat.
Ibnu
Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa Nabi Idris wafat saat beliau
sedang berada di langit keempat ditemani oleh seorang malaikat. Ia
hidup sampai usia 82 tahun.
Penjelasan
Qur'an dan hadits
a. Qur'an
Terdapat
empat ayat yang berhubungan dengan Idris dalam Al-Qur'an, dimana ayat-ayat
tersebut saling terhubung di dalam Surah
Maryam (Maryam) dan Surah
Al-Anbiya' (Nabi-nabi).
"Dan
ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang
tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorangnabi.
Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (Qur'an 19:56-57)
"Dan
(ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli.
Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka
kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh." (Qur'an 21:85-86)
b. Hadits
Dalam
sebuah hadits, Idris disebutkan
sebagai salah seorang dari nabi-nabi pertama yang berbicara dengan Muhammad dalam
salah satu surga selama Mi'raj.
Diriwayatkan
dari Abbas bin Malik: ... Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga
keempat, disana aku melihat Idris. Jibril berkata
(kepadaku). 'Ini adalah Idris; berilah dia salammu.' Maka aku mengucapkan salam
kepadanya dan ia mengucapkan salam kepadaku dan berkata. 'Selamat datang, wahai
saudaraku yang alim dan nabi yang saleh.; ... Sahih
Bukhari 5:58:227
Idris
dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini:
Ibnu Abbas berkata,
"Dawud adalah
seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang
kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah
penggembala." (dari al-Hakim)
Nasihat
dan Ajaran Nabi Idris
1. Kesabaran
yang disertai iman kepada Allah (akan) membawa kemenangan.
2. Orang
yang bahagia adalah orang yang waspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan
amal-amal salehnya.
3. Bila
kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa, maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula
(untuk) puasa dan salatmu.
4. Janganlah
bersumpah palsu dan janganlah menutup-nutupi sumpah palsu supaya kamu tidak
ikut berdosa.
5. Taatlah
kepada rajamu dan tunduklah kepada pembesarmu serta penuhilah selalu mulutmu
dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
6. Janganlah
iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya karena mereka tidak akan banyak
dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7. Barang
siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
8. Tanpa
membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya, seseorang tidak dapat bersyukur
kepada Allah atas
nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.
No comments:
Post a Comment